15

Lima Belas


Malam-malam yang Sunyi di Banda

Satu demi satu kaki panjang mama membuat kain lusuh pembersih lantai makin tak rapi
Padahal kain itu satu-satunya kain bertekstur tebal yang kami miliki
Ruang tamu makin tersapu debu
Lantaran sudah lima belas tahun ruang memoar ini tak pernah dihadiri tamu

Kami hanya berdua
Ditemani Belly, anjing baik yang kakinya sudah patah satu
Dan kemarin dia beranak lalu pasangannya pergi
Akibatnya anak itu diurus oleh mama dengan sayang sekali

Aku tahu jika dia menggonggong artinya semua orang di kompleks kami sudah tidur
Aku tahu jika dia mengelusku dengan ekornya berarti ada yang tidak beres padaku
Dan dia tahu jika aku kesal aku akan pergi ke singgasana yang sepi
Lalu dia menghampiri dan mengedipkan mata seolah bertanya kenapa padaku

Kami seperti sepasang kekasih
Dia memahamiku seperti mendiang ayah dulu
Tapi dia juga sangat sayang pada mamaku
Hingga gorengan ubi mamaku yang hampir gosong kemarin berhasil diselamatkan olehnya

Kadang aku iri melihat gemerlap pulau sebelah
Pulau yang selalu kulihat setiap malamnya penuh bintang hingga mesin ikan tak henti mendarat
Pulau yang ramai sekali hingga pepohonan disana tanpa jati
Temaram pulauku, pulau mama, Pulau Banda

Aku pernah nekat meretas kesunyian
Terkadang takut jika hidupku terus sepi
Hanya cahaya matahari, hujan, dan gonggongan Belly
Aku ingin pergi, keluar, bernafas lepas

Malam-malam penuh kesunyian di Bandaneira
Sunyi sekali, hanya empat keluarga disini
Pulau yang luasnya sepersekian ribu dari kepulauan seribu
Pulau yang dulu menjadi tempat pengasingan bapak-bapak negeri

Sungguh sesunyi itu
Suara nafas mamaku saja aku bisa mendengarnya
Aku tidak tahan
Aku melarikan diri, sendiri, dan sungguh ini tidak bercanda

to be continued

Komentar

Postingan Populer